• SHARE
Sekarang Kita Tahu Dampak Buruk Tayangan Sinetron Bagi Anak

Suka nonton acara tangga lagu yang ditayangkan setiap pagi ? Apa yang disajikan oleh mereka gengs ? Menurut pengamatan bang Bob pribadi, mereka menayangkan musik 10% dan bullying 90%.

Bagi setiap orang tua yang masih memiliki anak dengan rentang umur 4 - 17 tahun seharusnya memperhatikan betul tayangan televisi yang disaksikan oleh buah hati mereka. Terutama bagi mereka orang tua muda. Bukannya malah menjadi api penyulut sumbu permasalah penyimpangan moral pada anak. 

Seperti yang kita saksikan bersama, acara-acara yang ditayangkan oleh channel-channel yang ada semakin hari terlihat semakin tidak mendidik. Yang disajikan hanya acara-acara yang bisa mendatangkan penghasilan besar bagi si pembuat acara dan partnernya, tanpa memperhatikan manfaat yang bisa diperoleh para pemirsa di rumah. 

Masyarakat umum hanya diberikan tayangan-tayangan yang mempunyai sisi hiburan saja. Kalau pun ada acara-acara yang memberikan pendidikan karakter baik pada anak, itu bisa kita hitung menggunakan jari gengs. Dan dijamin, sepuluh jari kita nggak bakalan habis buat hitung acara berkualitas di Indonesia.

Mulai dari acara musik-musikan yang notabene malah menyajikan cara berkomunikasi dan cara berpakaian yang kurang baik dan tidak patut di contoh oleh anak-anak di rumah. Belum lagi acara bertajuk FTV atau sinetron yang tidak ada habis-habisnya membanjiri semua channel TV. Bahkan yang paling mirisnya, sebuah channel yang dulunya terkenal dengan tayangan TV berita kini sudah mulai memasukkan sebuah sinetron luar negeri ke dalam daftar acara mereka.

Dari dua jenis acara tersebut (sinetron dan hiburan lain), generasi muda Indonesia mendapat banyak sekali pelajaran yang kini sudah menjadi budaya dan hampir bisa kita lihat di mana pun kita berada. 

Generasi Muda Sekarang Pandai Mami-Papian

Salah satu pelajaran yang telah mereka pahami adalah bagaimana caranya untuk menjalin hubungan kepada lawan jenisnya. Mungkin saja, pada era 70an 80an dan 90an yang namanya anak kecil pacaran sudah ada. Namun bang Bob sangat yakin kuantitas dan kualitas berpacaran kita dulu tidak sebaik dengan generasi saat ini.

Buktinya apa Bang ? Jangan pura-pura nggak tahu deh gengs. Kita sudah sering lihat kan situs-situs yang membagikan berita sepasang pelajar SMP tertangkap tengah ena-ena, dan berita sejenis lainnya. Itu kalau bukan dari televisi terus dari mana lagi ? Dari hapenya si otong, itu adalah pelajaran tambahannya gengs.

Buat Geng Motor Sampai Bikin Rusuh Di Jalan

Kalau bang Bob pribadi, kasus kekerasan geng motor cilik yang sudah berani bawa arit dan parang ke mana pun mereka kumpul, adalah salah satu buah yang telah matang dari tema sinetron yang bertemakan geng motor yang lagi hits saat ini. Memang benar sih gengs, kalau yang di sinetron itu nggak nampilin aksi bacok-bacokan. Tapi setidaknya kasus kriminal yang melibatkan geng motor cilik adalah sebuah improvisasi dari pelajaran yang mereka dapatkan dari tontonan itu.

Pelajaran Mem-Bully Bisa Jadi Juga Dari Acara TV

Suka nonton acara tangga lagu yang ditayangkan setiap pagi ? Apa yang disajikan oleh mereka gengs ? Menurut pengamatan bang Bob pribadi, mereka menayangkan musik 10% dan bullying 90%. Dan itu bukan hanya acara tangga lagu gengs, terkadang ada juga acara-acara kuis yang mengundang masyarakat umum untuk berpartisipasi. Tidak perlu bang Bob sebutkan dan jelaskan acaranya apa-apa saja, kalian pasti sudah menangkap apa yang bang Bob maksud. 

Siapa Yang Bersalah Atas Kejadian Ini ?

Yang paling bisa disalahkan adalah beberapa orang tua yang benar-benar memberikan kebebasan terhadap anaknya dalam menyaksikan acara di televisi. Tanpa mau ambil peduli dengan pelajaran apa yang dapat anak mereka ambil dari acara tersebut. Karena ada juga beberapa orang tua yang menerapkan aturan ketat kepada si anak dalam menyaksikan acara di TV.

Pihak kedua yang bisa kita salahkan adalah pemerintah yang berwenang terhadap siaran publik. Harusnya mereka benar-benar memberikan aturan yang sangat ketat tentang kriteria tayangan yang boleh muncul dan dinikmati oleh masyarakat. Bukan hanya sekedar melakukan sensor (rokok, minum, belahan dada), tapi juga akting yang disajikan. 

Terkait dengan solusi memberikan "Simbol Umur" pada setiap tayangan. Jujur saja, Simbol umur (seperti A, D, 18+, SU) itu sangat tidak membantu sama sekali. Nyatanya masih banyak acara dengan label "D" tapi ditonton anak-anak tingkat SD.

Terus Apa Solusi Untuk Masalah Ini ?

Ini adalah masalah yang sangat kompleks, karena melibatkan berbagai pihak. Namun, langkah awal yang bisa kita ambil adalah mengajak para orang tua untuk lebih memantau anak-anaknya dalam menggunakan televisi. Jangan sampai apa yang mereka tonton mereka telan mentah-mentah, sehingga mempengaruhi etika dan moral mereka nantinya.

Menurut kalian bagaimana gengs ?
Share To:

Bob Agoy

Bang Bob cuma seorang pria yang suka pura-pura selow kalau do'i cuma nge-Read doang.

Post A Comment: